Untuk mendukung kelestarian burung Sikatan cacing yang semakin terancam, BISA Indonesia bersama Kanopi Indonesia, dan KTH Wanapaksi—menginisiasi program pembuatan sarang buatan di habitat alaminya di Jatimulyo.
Program ini berangkat dari temuan lapangan oleh Kelik Suparno (KTH Wanapaksi) yang mencatat bahwa sejak 2016 hingga 2025, telah ditemukan 26 sarang alami Sikatan cacing yang bersarang di bambu. Fakta ini menjadi dasar dipilihnya bambu sebagai bahan utama sarang buatan, karena sifatnya yang alami dan terbukti disukai oleh burung ini. Sebanyak 25 unit sarang bambu berukuran dua meter telah dipasang, dengan modifikasi lubang berdiameter 10 cm di bagian atas setiap ruasnya. Sebagai tambahan, tim juga mengembangkan 5 unit nestbox dari papan kayu berukuran 30 x 12 x 9 cm. Bagian dalam sarang diberi ijuk aren, meniru bahan alami yang biasa digunakan Sikatan cacing untuk bersarang.
Lokasi pemasangan difokuskan di Dusun Gunungkelir dan Dusun Banyunganti, dua wilayah yang berdasarkan pemantauan musim berbiak Agustus–Desember 2024 menunjukkan aktivitas bersarang Sikatan cacing—berdasarkan hasil monitoring dari enam dusun target. Pendekatan berbasis data ini memperkuat efektivitas program, karena intervensi dilakukan langsung di habitat yang benar-benar digunakan oleh spesies sasaran.
Dengan total 30 sarang buatan yang telah terpasang, diharapkan Sikatan cacing terdorong untuk terus menetap dan berkembang biak. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan peluang keberhasilan reproduksi, tetapi juga menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas organisasi dan ilmu pengetahuan dapat melahirkan solusi nyata untuk konservasi di tingkat lokal.


